Sombong atau Takabbur

 on 20 August 2017  

Sombong atau TakabburTerm Sombong (takabbur) dalam pelbagai bentuknya disebut di dalam al Qur'an kurang lebih sebanyak 69 kali, tersebar di 32 surat. 25 Makkiyyah dan 7 Madaniyyah; kabura, yakburu, kabbir, takabarra, istikbāra, istikbāran, tastakbir, takbīran, mutakabbir, kibrun dan lain-lain. Mempunyai arti sombong atau penolakan terhadap kebenaran. Rasulullah saw, pernah ditanya oleh seorang sahabat, "Seseorang tentu senang kalau pakaiannya bagus…dst. Apakah itu sombong?" Rasulullah saw menjawab:

إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ ، الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.

Buya Hamka dalam tafsir al-Azhar, takabbur bermaksud membesarkan diri melupakan asal usul siapa penciptanya, hal itu mengakibatkan seseorang terasa besar dan perkasa padahal tidak lebih dari makhluk melata di bumi yang terbuat dari tanah menjadi mani kemudian menjadi manusia, Hamka membagi takabbur menjadi dua; 1) takabbur benar, misalnya dalam rangka mennjaga kehormatan, al-kisah Imam Malik enggan mendatangi Khalifah al-Mansur karena berprinsip “Ilmu itu didatangi bukan mendatangi”, 2) Takabbur yang tidak benar, adalah menggunakan sifat takabbur menganggap dirinya lebih istimewa dari orang lain.

Ayat-ayat yang berbicara tentang takabbur dapat dipetakan menjadi dua, Makiyah dan Madaniyah. Dalam surat makiyah dapat ditemui dalam bentuk kisah kisah terdahulu, seperti kisah kaum Nabi Syu’aib, kesombongan Fir’aun dan seterusnya, dapat dilihat dalam Surat al-A’raf: 88, Yunus: 78, al- Mukminun: 46, al-Qashas: 39, al- ‘Ankabut: 39, Gafir:27, Fussilat: 15. Ungkapan takabbur lainnya scara garis besar bermakna peng-agungan kepada Allah misalnya dalam Q.S. Al-Israa: 111, QS. Al-Hasyr: 23, QS. Al- Jaasiyah: 37). Pengungkapan kedua model tersebut diharapkan menjadi pelajaran bagi pembaca al Qur'an. Ambil satu contoh

ثُمَّ أَرْسَلْنَا مُوسَى وَأَخَاهُ هَارُونَ بِآيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ مُبِينٍ. إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا عَالِينَ
Kemudian Kami utus Musa dan saudaranya Harun dengan membawa tanda-tanda (kebesaran) Kami, dan bukti yang nyata, kepada Fir`aun dan pembesar-pembesar kaumnya, maka mereka ini takabur dan mereka adalah orang-orang yang sombong. (QS. al-Mu’miūn:45-46)

Adapun dalam kelompok ayat Madaniyah, sombong menunjuk pada arti meolak perintah Allah, tidak beriman kepada kitab-kitab dan utusan-utusan Allah, misalnya dalam QS. Al-Baqarah: 34, 87, enggan menyembah Allah disertai sikap menyombongkan diri Q.S. An- Nisa: 172- 173. Salah satunya;

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. Al-Baqarah: 34)

Dari kedua pemetaan di atas dapat dipahami, bahwa ayat-ayat Makiyah konsep sombong lebih fokus kepada makna mentauhidkan Allah dengan cara mengagungkan-Nya. Sedangkan ayat Madaniyah lebih bersifat tekhnis yang dititik beratkan dalam aspek pencegahan sifat sombong. Sifat sombong dikecam oleh al Qur'an salah satunya dalam surat al-Isra’: 37

وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.

Di dalam Tafsir al-Maraghi dikutipkan riwayat Yahya Ibn Jabir melalui Gudaif Ibn Haris menceritakan, “pada suatu hari aku duduk di majlis Abdullah ibn Amr ibn Ash, kemudian aku mendengar ia mengatakan, sesungguhnya kuburan itu berkata kepada hamba Allah apabila ia dikubur didalamnya, ‘Hai anak Adam, apa yang membuatmu lalai kepadaku? Tidakkah kamu mengetahui bahwa aku adalah rumah terasing? Dan tidaklah kamu mengatahui bahwa aku adalah rumah yang haq (pasti)? Sesungguhnya kamu dahulu berjalan disekitarku dengan sikap yang angkuh dan sombong!” orang yang sombong berdampak jauh dari petunjuk Allah, implikasi sombong mengakibatkan terkunci mati hatinya, dibenci oleh Allah dan menjadi penghuni neraka, Allah berfirman:

سَأَصْرِفُ عَنْ ءَايَاتِيَ الَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ ءَايَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا
Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat (Ku), mereka tidak beriman kepadanya.… (QS. al-A’raf: 146)

Sufyan bin Uyainah memberi komentar, ayat tersebut dimaksudkan Allah akan melepaskan diri mereka dari pemahaman terhadap Al-Qur’an dan memalingkannya dari tanda-tanda kebesaran Allah. Bila demikian, maka orang sombong akan terkunci hatinya.

الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي ءَايَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ وَعِنْدَ الَّذِينَ ءَامَنُوا كَذَلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ
(Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang. (QS. al-Mukmin:35)

Balasan Bagi Orang Sombong

قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ
"Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina" (QS. al-A’rāf: 13)

As-Suyuthi di dalam Tafsir Jalalain menjelaskan, Allah menyuruh iblis untuk bersujud, namun membangkang seraya berkata “Aku lebih baik dari padanya, Engkau ciptakan aku dari api sedangkan dia engkau ciptakan dari tanah”, Allah mengusir Iblis keluar dari surga karena surga tak layak dihuni orang sombong, Rasul saw bersabda;

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
"Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan meski sebutir atom."(HR. Muslim dari Abdullah bin Mas'ud ra)

Penyembuhannya tentu tidak mudah, salah satu terapinya adalah dilakukan dengan cara metode dzikir, mengingat hukum-hukum Allah, banyak belajar mengambil peringatan dan hikmah dengan tujuan meningkatkan perenungan agar memperoleh ketenangan. Az-Zahrani mengusulkan adanya terapi mental dengan cara mempertebal keimanan, ibadah, Shalat, istighfar dan taubat dan masih banyak lagi tawaran meminimalisir perbuatan sombong.



J-Theme