Seputar Kriteria Keluarga Bahagia

 on 25 December 2012  

Ceramah singkat kali ini mencoba memberikan tema menarik yang dialami oleh setiap orang yaitu tentang keluarga bahagia. Sebutan keluarga bahagia sungguh teramat mudah dimengerti maksudnya, tapi sulit untuk menentukan standarnya, luasnya arti keluarga bahagia seluas lautan tak bertepi, oleh karena itulah kita biasa menyebut bahtera rumah tangga. Sederet prasyarat harus dipenuhi demi untuk membentuk keluarga bahagia. paling tidak keluarga bahagia meliputi masalah ekonomi, hukum, keturunan, cinta kasih, saling menghormati.

Mari kita urai satu persatu, secara ekonomi, minimal keluarga bahagia adalah keluarga itu mampu memenuhi kebutuhannya secara layak, dari hasil pekerjaannya tersisa tabungan untuk hari esok, dana pendidikan dan dana untuk kesehatan. meskipun dalam batas yang berbeda-beda prioritasnya. Dalam hal ini, dana pendidikan harus menjadi prioritas, mengingat skill dalam sebuah hidup bagaikan roda penggerak segala aktifitas, pendidikan mamapu menggeser nasib seseorang dalam tanda kutip. Saking pentingnya pendidikan itulah rasulullah berpesan: "didiklah anak-anakmu dengan sebaik-baik pendidikan" terutama sekali pendidikan agama, dengannya keluarga dibangun, kelak ia dewasa.

Keluarga bahagia secara norma hukum, hukum menjadi penegak dan aturan penting dalam setiap organisasi sekecil apapun termasuk membangun keluarga. Hukum yang dimaksud adalah hukum yang sama-sama dimengerti dan diketahui oleh anggota keluarga, dalam al Quran Allah berfirman, pergaulilah keluarga dengan pergaulan yang ma'ruf. arti ma'ruf dapat dilihat di terminologi al quran tentang kebaikan. ma'ruf dalam arti peraturan yang tidak bertentangn dengan agama dan disepakati serta diketahui oleh anggota keluarga. Tegaknya hukum yang ma'ruf akan mampu menyelesaikan problema keluarga, bila suatu saat didalamnya terjadi kemelut atau prahara.

Disinyalir, keluarga hancur karena antara anggota tidak faham mengenai statusnya sehingga hak dan kewajiban yang ia emban tidak berjalan seimbang. Ketidak seimbangan inilah yang menciptakan karamnya sebuah bahtera rumah tangga. Tolak ukur Keluarga bahagia juga diindikasikan dengan keturunan, tujuan utama dalam berkeluarga dan tidur bersama pasangan tidak asemata-mata ingin memperoleh kepuasan nafsu seksual saja, tetapi bertujuan agar memperoleh keturunan sebagai perpanjangan kehidupan, dimana cita-cita yang belum sempat tercapai akan dititpkan dipundak keuturnan tersebut. Keturunan yang shalih akan menenangkan hati dan pikiran, Allah berfirman:

Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati , dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." (al-Furqan:74)

sebuah catatan penting bagi setiap individu bahwa, keturunan bagaikan tumbuhan, untuk menghasilkan tumbuhan yang bagus maka bibit dan lahannya harus bagus, benih yang menjadi bibit ibaratnya suami, sedangkan lahannya adalah isteri, al quran secara implisit memnyiratkan dalam firmannya,

"Isteri-isterimu adalah tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman."(al Baqarah:223)

Keluarga bahagia dari segi psikis, adalah keluarga bahagia yang diukur dari cinta kasih yang bersemi dalam anggota keluarga. cinta adalah bangunan fisik keluarga, tak mungkinlah dikatakan bahagia jika antar keluarga bermusuhan saling menaruh benci satu dengan yang lainnya. tidak mungkin tidur berduaan tetapi dalam keadaan bermusuhan, setiap bercinta tentu saling mengenal dan atas dasar suka sama suka, tulus melayani tanpa keterpaksaan, bisa dibayangkan alangkah tidak nikmatnya bercinta tanpa didasari cinta dan kasih sayang

Menjaga hubungan baik dengan kerabat, termasuk kerabat pasangan (ipar), akad nikah dimaksudkan tidak hanya menyatukan orang yang diakadkan tetapi menyatukan dua keluarga yang sebelumnya tidak ada ikatan kerabat untuk dijadikan satu bingkai kerabat kekeluargaan. menciderai salah satu kerabat ipar termasuk menciderai akad pernikahan bukan tidak mungkin akan menciptakan aral penghalang terciptanya keluarga bahagia.

Keluarga bahagia yang dimaksud di atas mungkin lebih kita kenal dengan istilah keluarga keluarga sakinah, meskipun tidak sama persis, mungkin ada beberapa faktor penunjang keluarga sakinah yang tidak ter-cover di dalam tulisan di atas



J-Theme