Penyakit Manusia di Trend Dunia Modern

 on 05 March 2011  

trend dunia global yang serba modern, disadari atau tidak, telah membawa beberapa dampak postitf dan negatif, dampak postifnya adalah memberikan pelayanan serba nyaman dan mudah, meski terkadang berakibat negatif yaitu kehidupan yang instan memicu kehidupan yang 'manja' bagi masyarakatnya, namun itu semua tergantung dari pribadi masing masing. Tak terkecuali dalam dunia islam itu sendiri. Menurut Abuddin Nata, sekurang-kurangnya ada delapan penyakit yang menghinggapi masyarakat modern. Saya sarankan anda untuk membaca posting yang lalu, antara takdir dan usaha

1. Desintegrasi ilmu pengetahuan (spesialisasi yang terlampau kaku) antara ilmu pengetahuan Agama dan Umujm yang berimbas terjadinya kapling kapling akal fikiran manusia dan cenderung membingungkan masyarakat.

2. Kepribadian yang terpecah (splite personality) sebagai akibat dari kehidupan yang dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang terlampau terspesialisasi dan tidak berwatak nilai-nilai ketuhanan.

3. Rasa keimanan, ketaqwaan, serta kemanusiaan, sebagai akibat kehidupan yang terlampau rasionalistik dan bercorak individualistik.

4. Timbulnya pola hubungan yang materialistik sebagai akibat dari kehidupan yang mengejar duniawi yang berlebihan.

5. cenderung menghalalkan segala cara, sebagai akibat dari paham hedonisme yang melanda kehidupan.

6. Stres dan frustasi, sebagai akibat dari terlampau percaya dan bangga terhadap kemampuan dirinya, tanpa dibarengi sikap tawakal dan percaya pada ketentuan Tuhan.

7. Perasaan terasing di tengah-tengah keramaian (lonely), sebagai sifat individualistik, dan

8. Kehilangan harga diri dan masa depannya, sebagai akibat dari perbuatan yang menyimpang.

Ke- delapan pont yang dikemukakan oleh Abuddin Nata tersebut merupakan akibat dari kehidupan yang telah begitu jauh terhegemoni oleh budaya global yang didominasi oleh peradaban Barat. Sekularisasi ilmu pengetahuan adalah ciri khas dari peradaban Barat yang sekuler dan liberal. Demikian juga munculnya sifat hedonistik dan individualistik merupakan implikasi dari kapitalisme yang materialistik.

Dampak globalisai yang begitu kuat harus diantisipasi oleh dunia pendidikan khususnya Islam jika tidak ingin terlibas oleh arus hegemoniasi budaya global Barat. Dalam konteks ini, pendidikan harus mampu menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang tangguh yang tidak sekedar sebagai penerima arus informasi global, tetapi juga harus memberikan bekal kepada mereka agar dapat mengolah, menfilter, menyesuaikan dan mengembangkan segala hal yang diterima melalui arus informasi itu tanpa terhegemoni oleh kekuatan eksternal.

Berkenaan dengan hal di atas para pengelola pendidikan Islam harus menyadari terhadap ancaman ini. Orientasi pendidikan Islam yang sejak awal tidak semata-mata menekankan pada pengisian otak, tetapi juga pengisian jiwa, pembinaan akhlaq dan kepatuhan dalam menjalankan ibadah tidak boleh bergeser. Disamping itu juga harus dipikirkan upaya menciptakan manusia yang kreatif, inovatif produktif dan mandiri sehingga mempunyai ketegaran dalam menghadapi tantangan tanpa mudah terhegemoni. Visi pendidikan Islam harus mengintegrasikan berbagai pengetahuan yang terkotak-kotak ke dalam ikatan Tauhid. Di samping itu pendidikan Islam harus mampu memberikan filter dan arahan dalam penyerapan ilmu pengetahuan yang tidak sesuai dengan kaidah Islam.



J-Theme